Merapi Bahaya, Dua Desa Pengungsian Dipindah

Dua barak pengungsi akhirnya diputuskan untuk dipindah.
Rabu, 3 November 2010, 16:47 WIB
Ismoko Widjaya

Letusan Merapi (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Gunung Merapi mengeluarkan awan panas 'wedhus gembel' selama sekitar empat jam sejak pukul 11.30 WIB. Radius berbahaya Merapi diperluas menjadi 15 kilometer. Barak pengungsi yang berada terdekat dengan radius itu akhirnya dipindahkan.

"Pengungsi panik, ketakutan, minta dipindah," kata Koordinator Tim SAR Sleman, Suharyono, kepada VIVAnews.com di Posko Utama Merapi, Pakem, Sleman, DIY, Rabu 3 November 2010.

Dua barak pengungsi yang terdekat dengan radius berbahaya 15 kilometer itu yakni, pengungsi di Kepuharjo dan Glagaharjo, yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

Menurut Suharyono saat ini para pimpinan sedang melakukan koordinasi untuk menentukan lokasi baru bagi dua barak pengungsi itu. Yang pasti, para pengungsi di dua dusun itu dalam suasana panik.

Staf Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana dan Sosial, Andi Arief, dalam akun Twitter-nya mengatakan area radius berbahaya 15 kilometer termasuk di dalamnya ada lokasi pengungsian. Akhirnya, pengungsi diputuskan untuk dievakuasi.

"Saat ini barak pengungsi Kepuharjo dan penduduk di wilayah itu sudah dievakuasi menuju Barak Wukirsari (Cangkringan)," kata Andi Arief. (adi)

Ratusan Juta Anak Kekurangan Gizi

Lebih dari 90 persen anak-anak yang terancam itu berasal dari Afrika dan Asia


Anak-anak pengungsi di Sudan (AP Photo/Kevin P.Q. Phelan, Medecins Sans Frontieres)
BERITA TERKAIT
 
VIVAnews - Hampir 200 juta anak di negara-negara miskin terancam mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan nutrisi. Hal ini berdasarkan laporan Badan Dunia Bidang Anak dan Pendidikan (UNICEF), yang dirilis Rabu, 11 November 2009, atau beberapa hari jelang pertemuan tingkat tinggi mengenai kelaparan global.
Selain itu Kepala Badan PBB Bidang Pangan (FAO) mengajak seluruh dunia untuk bergabung dan berpuasa selama sehari agar merasakan keadaan satu miliar orang yang kelaparan.

Direktur Jenderal FAO, Jacques Diouf, mengatakan para pemimpin dunia juga mengambil bagian pada pertemuan selama tiga hari, yang akan berlangsung di Roma, Italia, mulai Senin pekan depan. UNICEF merilis laporan bahwa hampir 200 juta anak di bawah 5 tahun terancam mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan nutrisi dalam makanan mereka.

Lebih dari 90 persen anak-anak yang terancam itu berasal dari Afrika dan Asia. "Lebih dari sepertiga kematian dalam kelompok umur itu mengidap malnutrisi," demikian laporan UNICEF.

Program pencegahan malnutrisi sudah dilakukan di Asia dan Afrika.  Di Asia, tingkat perkembangan terhenti menurun 44 persen dari 1990 menjadi 30 persen tahun lalu. Namun tidak demikian yang terjadi di Afrika. Angka pertumbuhan terhenti mencapai 38 persen pada 1990 dan hanya menurun menjadi 34 persen tahun lalu.

Asia Selatan merupakan salah satu pusat masalah kelaparan. Jumlah kelaparan anak di bawah lima tahun di Afghanistan, Nepal, India, Bangladesh dan Pakistan mencapai 83 juta anak.

"Jika tidak ada perhatian untuk mencari penyebab malnutrisi pada ibu dan anak sekarang, harga yang harus kita bayar esok hari semakin besar ," kata Direktur eksekutif UNICEF Ann M. Veneman.

UNICEF mengimbau agar lebih banyak strategi dipakai untuk meningkatkan kesehatan dan menekan angka kematian ibu dan anak. Diantaranya melalui pemberian suplemen vitamin A dan kampanye menyusui secara luas.
"Kematian anak bisa dikurangi hingga 15 persen," kata Diouf. Data FAO mengungkapkan suplai makanan global meningkat 70 persen seiring proyeksi pertumbuhan penduduk 9,1 miliar pada 2050. (AP)

Anak Jalanan Jadi Incaran Pelaku Sodomi

Pemerintah diminta benar-benar melindungi keselamatan anak-anak jalanan.
Jum'at, 14 Januari 2011, 05:33 WIB
Siswanto
Arist Merdeka Sirait (Antara/ Yudhi Mahatma)
 
BERITA TERKAIT
 
VIVAnews - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirat, mengatakan dalam kurun waktu 2 - 3 tahun terakhir terjadi tiga kasus sodomi yang terungkap.

Sebelum kasus Sartono, 33 tahun, pedofil yang mengaku telah menyodomi 96 anak, terbongkar baru-baru ini di Jakarta, polisi terlebih dulu menangkap dua lainnya, yakni Baekuni alias Babe dan Abang Kacamata.

Yang menarik dari ketiga kasus ini, kata Arist, para pelaku hobi mengincar anak jalanan. Oleh karena itu, Ariest mendesak pemerintah  benar-benar melindungi keselamatan anak jalanan, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Ditambahkan, polisi harus menjerat pelaku dengan pasal berlapis, di antaranya UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan pasal 328 KUHP tentang penculikan.

"UU perlindungan anak yang mengatur hubungan seksual dengan anak mendapat ancaman 15 tahun. Dan melakukan perdagangan anak ancamannya 20 tahun, serta pasal 328 ancamannya 12 tahun penjara", kata Arist.

Kendati korbanya sebagian besar adalah anak jalanan, Arist tetap mengingatkan para orang tua agar lebih memperhatikan anak-anaknya. Anak rumahan, katanya, tetap diincar. Seperti Haerullah alias Elung, salah satu korban Sartono.

Arist juga meminta Polri lebih mendalami kasus kekerasan terhadap anak ini, karena bukan sekedar menikmati korban, namun pelaku juga menjual korbannya.

"Mudahnya pelaku ini, menjual anak untuk disodomi, saya curiga adanya peranan sindikat dalam kasus ini,” kata Arist.

Laporan : Arnest Ritonga | Jakarta Utara

Kerugian Akibat Letusan Merapi Rp4,2 Triliun

VIVAnews - Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah selesai menghitung kerusakan dan kerugian akibat letusan Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 sampai 5 November 2010. Dampak letusan gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu diperkirakan mencapai Rp4,23 triliun.

Kerusakan dan kerugian yang cukup besar terjadi di empat kabupaten yaitu Magelang, Boyolali, Klaten di Jawa Tengah dan Sleman di Yogyakarta. Kajian penilaian kerusakan dan kerugian dilakukan dengan menggunakan metoda ECLAC, yaitu metode penilaian akibat bencana yang dikembangkan oleh the Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC).

Dampak sebuah bencana dapat diukur melalui perhitungan nilai ekonomi dari akibat yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Metoda ECLAC membagi dampak kedalam tiga aspek utama yaitu: kerusakan, kerugian, dan dampak ekonomi makro dari kerusakan dan kerugian tadi. Metode ini telah sering diterapkan di Indonesia

Perhitungan nilai kerusakan, kerugian dan dampak ekonomi dilakukan pada 5 sektor yaitu perumahan, sosial (pendidikan, kesehatan, agama), ekonomi produktif (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, perdagangan, pariwisata), prasarana (transportasi darat dan udara, air bersih, sanitasi, irigasi, energi, telekomunikasi), dan lintas sektor (pemerintahan, keuangan dan lingkungan hidup).

Dalam perhitungan tersebut data yang digunakan adalah data per 31 Desember 2010. Kerugian dan kerusakan akibat banjir lahar dingin tidak dimasukkan dalam kajian ini. Sebab potensi banjir lahar dingin masih akan terjadi hingga Maret-April 2011 karena masih besarnya peluang terjadinya hujan ekstrem di sekitar Merapi. Jika kajian kerusakan, kerugian dan dampak ekonomi menunggu berakhirnya banjir lahar dingin, maka akan menghambat rencana rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk itulah hasil perhitungan ini adalah hasil di luar dari dampak banjir lahar dingin.

Seperti disiarkan BNPB, Minggu 16 Januari 2011, jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp4,23 triliun. Jumlah nilai kerusakan adalah Rp1,138 triliun (27%), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp3,089 triliun (73%).

Nilai kerusakan paling besar dialami oleh sektor perumahan yang mencapai 39% dari total nilai kerusakan, disusul oleh kerusakan sektor sumber daya air dan irigasi yang mencapai 13% dari total nilai kerusakan.

Kerugian terbesar dialami sektor pertanian dengan nilai kerugian mencapai Rp1,326 triliun atau 43% dari total nilai kerugian. Disusul oleh kerugian sektor industri dan UMKM sebesar Rp382 miliar atau 12,4% dari nilai kerugian.

Secara keseluruhan sektor pertanian budidaya dan tanaman pangan tetap menjadi sektor yang paling terkena dampak  dengan nilai total dampak Rp1,326 triliun yang merupakan 31,4% dari nilai total kerusakan dan kerugian. Sektor Perumahan senilai Rp512,6 miliar yang merupakan 13% dari nilai kerusakan dan kerugian serta sektor industri dan UMKM dengan nilai total dampak sebesar Rp415,4 miliar atau 11% dari total.
• VIVAnews

Gunung Merapi Meletus

Gunung Merapi Meletus

Gunung Merapi Meletus PDF Print E-mail
Written by Administrator   
Tuesday, 26 October 2010 20:51
Gunung Merapi meletus dengan mengeluarkan awan panas yang tercatat sejak pukul 17.02 WIB. " Sejak 17.02 WIB hingga 17.34 WIB terjadi empat kali awan panas dan sampai sekarang awan panas terus muncul susul menyusul tidak berhenti" kata Surono, Kepala Pisat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi di Yogyakarta, Selasa 26 Oktober 2010.
Gunung Merapi meletusMenurut dia, munculnya awan panas di gunung berapi paling aktif di dunia tersebut menjadi tanda sebagai erupsi Gunung Merapi. Awan panas pertama yang muncul pada pukul 17.02 WIb mengarah ke barat. Namun awan panas yang berikutnya tidak dapat terpantau dengan baik karena kondisi cuaca di puncak Merapi cukup gelap dan hujan.

Sirine bahaya di Kaliurang, Sleman berbunyi pada pukul 17.57 WIB. Pada pukul 18.05 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menarik semua petugas dari pos pengamatan.

" Pada 2006, awan panas terjadi selama tujuh menit. Namun pada tahun ini, awan panas sudah terjadi lebih dari 20 menit" katanya.

Lamanya awan panas tersebut, lanjut dia, menunjukkan energi yang cukup besar. Pada pukul 18.00 WIB terdengar letusan sebanyak tiga kali yang terdengar dari pos Jrakah dan pos Selo yang disusul dengan asap membumbung setinggi 1,5 kilometer mengarah ke selatan. " Tipe letusan Merapi dipastikan eksplosif" ujarnya.

http://www.dakdem.com/berita/1-nasional/701-gunung-merapi-meletus

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme